Di Malang, Aksi Solidaritas Digelar untuk Mahasiswa Kendari yang Gugur
Malang, IDN Times - Puluhan mahasiswa dari elemen organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bersama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), aparat TNI dan Polri menggelar salat gaib bersama di depan Mapolres Malang Kota, Jumat (27/9). Salat gaib tersebut untuk mendoakan korban demonstrasi di Kendari yang meninggal dunia.
Dua mahasiswa gugur saat demonstrasi di gedung DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra), Kendari. Mereka adalah Randi dan Muhammad Yusuf Kardawi. Bahkan, pada tubuh Randi ditemukan luka tembak di bagian dada.
1. Tuntut polisi usut tuntas masalah tersebut
Usai melakukan salat gaib, mahasiswa kemudian membacakan tuntutan di depan aparat kepolisian. Mereka menuntut agar kasus tersebut diusut hingga tuntas. Utamanya untuk membongkar pelaku penembakan terhadap Randi.
Massa juga menuntut Kapolri, Kapolda Sultra, dan Kapolresta Kendari untuk mundur dari jabatanya jika tak mampu menyelesaikan kasus tersebut.
"Bahkan di Jakarta juga aparat dicurigai melakukan pelanggaran karena menembakkan gas air mata kedaluwarsa," papar korlap aksi IMM Malang Raya Irsyad Madjid.
2. Aparat dinilai lakukan pelanggaran
Aksi solidaritas tersebut didasarkan pada temuan di lapangan. Mahasiswa menilai kepolisian melakukan tindakan represif yang berlebihan. Padahal, saat itu mahasiswa berupaya untuk menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah.
"Peraturannya sudah jelas, polisi dilarang menggunakan senjata atau peluru tajam, bahkan dalam keadaan genting sekalipun," tambahnya.
3. Siap proses tuntutan mahasiswa
Sementara itu, Kapolres Malang Kota AKBP Dony Alexander menyambut baik serta berterima kasih atas kritik yang disampaikan massa. Ia juga terus meminta dukungan, serta masukan agar bisa memberi pelayanan lebih baik.
"Hari ini kami dari Polres Malang Kota dan Kodim Malang kKta menggelar pengajian bersama. Salah satunya juga untuk mendoakan adik kita serta saudara kita yang menjadi korban pada aksi 26 September kemarin," tuturnya.
4. Jurnalis lakukan aksi diam

Sementara itu, pada waktu yang hampir bersamaan, sejumlah jurnalis juga melakukan aksi di depan Gedung DPRD Kota Malang. Mereka melakukan aksi diam untuk mengecam adanya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian kepada sejumlah jurnalis saat meliput unjuk rasa mahasiswa di berbagai daerah. Para jurnalis tersebut melakukan aksi dengan menutup mulut mereka menggunakan isolasi warna hitam serta membawa sejumlah tulisan sebagai bentuk protes.
"Aksi ini sebagai bentuk protes kami atas segala kekerasan yang terjadi, baik kepada jurnalis maupun massa demonstran. Seba,b ada wartawan yang sudah jelas mengaku wartawan, masih juga mendapat tindakan represif dari aparat," beber koordinator aksi yang juga Ketua Aliansi Jurnalis Independen (Aji) Malang Mohammad Zainudin.
5. Isolasi mulut sebagai bentuk protes

Lebih jauh, Zainudin menjelaskan bahwa makna menutup mulut menggunakan isolasi hitam ini sebagai bentuk perlawanan. Ia menyebut bahwa aksi bungkam ini sebagai analogi, bahwa masyarakat Indonesia tidak bisa dibungkam mulutnya.
"Artinya, meskipun dibungkam, kami masih bisa melawan menggunakan kata-kata maupun melalui media," tandasnya.
















