Surabaya, IDN Times - Isu rasisme memanas usai tragedi keributan Asrama Mahasiswa Papua di beberapa daerah. Menyikapi hal ini, Basuki Tjahja Purnama (BTP) alias Ahok mengingatkan bahwa masyarakat harus memegang teguh ideologi negara dan tidak mudah terprovokasi.
BTP menyadari bahwa penyerangan yang terjadi di Manokwari, Papua Barat menimbulkan kegelisahan di masyarakat. Namun dalam kondisi yang panas ini, Ahok meminta masyarakat untuk tetap sabar dan tak ikut-ikut tersulut emosi.
"Situasi bangsa seperti ini kita bukan ikut marah. Kita mesti sabar untuk tetap merajut kebangsaan ini. Supaya bangsa ini tidak jadi kacau, jadi pecah," pesannya usai menjadi pembicara pada Seminar Wawasan Kebangsaan di Universitas Kristen Petra, Senin (19/8).
Selain bersabar dan tidak tersulut emosi, Ahok juga mengajak masyarakat berempati terhadap warga Papua. Menurutnya mereka mungkin tidak menyadari resiko atas perbuatan yang mereka lakukan terhadap keutuhan bangsa dan negara Indonesia.
"Kita harus tetap berdiri untuk ideologi kita. Tapi juga mengenakan pada diri kita itu, ada empati kepada saudara-saudara kita. Mungkin dia tidak sadar bisa menghancurkan bangsa kita sendiri," tuturnya.
BTP menganggap masyarakat Papua sebagai korban. Tak hanya korban diskriminasi namun juga korban propaganda ideologi dari luar negeri atau imported ideology. Untuk itu, ia meminta masyarakat Indonesia yang lainnya untuk bersabar.
"Kita kasihan pada mereka karena mereka itu korban. Kalau saya pikir korban propaganda luar negeri yang membuat, kalau kata Buya, kewarasan nya kemana?" imbuhnya.
Meski berkali-kali menekankan kesabaran, Ahok mengatakan bahwa tindakan separatisme tetap tidak dibenarkan. Ia meminta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan ideologi Pancasila tetap dipegang teguh.
"Makanya sabar hadapi ini. Tapi bukan berarti kita tidak tegas. Kita tidak boleh terbawa oleh mereka. Kita harus tetap katakan, kita tidak boleh tawar menawar NKRI, pancasila, harus jelas," pungkasnya.