Arif Tuban saat menjadi pembicara sebuah diskusi di Surabaya, Senin (18/11). IDN Times/Fitria Madia
Berbekal ilmu online, Arif pun terjun ke dunia radikalisme. Ia membantu menghubungkan calon pejihad dengan ISIS. Ia memberikan tempat penampungan bagi mereka yang akan berangkat ke Aceh atau Afghanistan. Ia menjadi tutor bagi mereka-mereka yang ingin belajar membuat bom.
Meski cukup aktif, Arif mengatakan bahwa dirinya tidak mau terlibat terlalu dalam. Ia masih belum rela untuk meninggalkan keluarga kecilnya demi melakukan kegiatan terorisme. Sehingga yang ia lakukan selama ini sebatas membantu, menyediakan, dan menjembatani.
"Saya ingin membantu, terlibat, tapi saya gak mau meninggalkan keluarga. Kalau saya bisa bantu tanpa meninggalkan orangtua, saya bersedia membantu. Saya di JI orang binaan biasa. Saya gak punya pesanreen pengajian dan lain-lain," tuturnya.
Sampai pada akhirnya langkah Arif terhenti di tahun 2014. Ia ditangkap lantaran turut menyediakan senjata dalam perencanaan operasi penyerangan di Poso, Sulawesi Tengah. Di tahun yang sama, ia menerima vonis 4 tahun 10 bulan. Namun, Arif bisa bebas pada Oktober 2017 karena mendapat remisi.