Dari Siswa Teladan hingga Takut Sama Istri, Sisi Lain Emil Dardak
Surabaya, IDN Times- Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak, ternyata sosok lelaki yang takut dengan istri. Saat wawancara khusus dalam rangkaian “Sehari Bersama Emil” Senin (18/2), IDN Times berhasil mengungkap sisi lain dari suami Arumi Bachsin ini melalui kuis "Pernah atau Tidak".
“Wahh dikasih kuis kayaknya malah deg-degan nih hahah,” kata Emil kepada IDN Times.
1. Takut sama Arumi bila telat memberi kabar

Kendati menjabat sebagai orang nomor dua di Jawa Timur, seorang istri tetap menanti kabar dari suaminya, begitu pula Arumi. Ketika ditanya apakah istrinya pernah marah karena telat diberi kabar, Emil mengawali jawabannya dengan tertawa.
“Haha, kadang ada lupa, kadang ada nanti aja deh kasih tahunya. Eh tahunya sudah tahu dari orang lain, matilah kita haha,” jawab dia.
2. Tidak pernah bolos sekolah

Pertanyaan berikutnya adalah apakah Emil pernah bolos sekolah atau tidak? Ternyata, dia memiliki orangtua yang lebih memilih terlambat daripada tidak sekolah sama sekali.
“Gak pernah sama sekali bolos. Bapak tuh gila keras banget, sumpah. Kalau sakit atau izin pernah, tapi bolos yang orang tua tahunya sekolah padahal tidak, aku gak pernah,” ujarnya.
Emil melanjutkan, “Saya bahkan pernah ikut lomba siswa teladan waktu SMP dan saya juara 1 se-DKI Jakarta. Ini bukan bohong ya, beneran ini."
3. Pernah tidak mandi saat bertugas

Pertanyaan ketiga, di tengah kesibukannya, apakah pernah Emil tidak mandi saat bertugas?
“Pernahlah, tapi bukan karena jorok. Waktu itu gak mandi karena penerbangan pagi, eh bangunnya kesiangan. Daripada telat, langsung ganti baju, terus berangkat. Sampai tempat gak sempat transit langsung beraktivitas. Alhasil belum sempat mandi,” terangnya.
4. Pernah nyari namanya di Google

Terakhir, saat ditanya apakah Emil pernah mencari namanya di Google atau tidak, dia menjawab pernah dengan alasan bagian dari media monitoring.
“Bukannya narsis. Tapi kalau kegap (ketahuan) gak enak juga sih haha. Kadang-kadang kita mau tahu apa yang diberitain habis kegiatan. Menjadi seorang politisi itu apa yang diceritakan ke publik jadi penting, dari situ kita bisa dikenal. Jadi narsis itu konsekuensilah,” tandas Emil.
















